SEKRETARIAT ALUMNI FKUB | Fakultas Kedokteran Brawijaya

Micro Be Mate, Alat Deteksi Dini TBC yang Raih Medali Emas

Loading

Tuberkolosis masih menjadi momok bagi kesehatan di Indonesia. Berdsarkan data yang dirilis oleh Global TB Report di tahun 2021 di laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diperkirakan ada 824.000 kasus TBC di Indonesia, namun pasien yang berhasil ditemukan, diobati dan dilaporkan hanya 48 persen atau sekitar 393.323 orang.

Inilah yang menjadi latar belakang lima mahasiswa lintas fakultas dalam membuat alat diagnosis penyakit Tuberkolosis secara dini. Kolaborasi antara Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA ini Bernama Micro Be Mate, yang memanfaatkan flouroessence scanning microscopy dan terintegrasi Interet of Things dan machine learning.

Micro Be Mate digagas oleh Nasim Amar (Kedokteran 2020), M. Romadhoni Prabowo (Teknik Elektro 2020), Qurrotul Ayun (Biologi 2020), Stephania Angelica (Teknik Elektro 2022), dan Krisna Seiya Ekiawan (Teknik Elektro 2022), dibawah bimbingan Ir. Nurussa’adah, M.T, dr Thareq Barasabha, M.T, dan dr. Dewi Santosaningsih, SpMK, M.Kes, PhD.

Menurut Nasim, alat ini untuk menunjang pemeriksaan TBC. “Salah satu kunci keberhasilan penanggulangan tuberkulosis terletak pada kemampuan deteksi. Semakin dini deteksi TBC dapat dilakukan, maka semakin baik pula penanganan yang diberikan”, tegasnya.

Micro Be Mate bekerja berdasarkan riak pasien TBC yang diberi pewarna. “Pewarnaan yang digunakan adalah fluorokrom auramine, kemudian diamati dengan Fluorescence Confocal Laser Scanning Microscopy. Maka bakteri Mycobacterium tuberculosis akan tampak berwarna hijau cerah dan terlihat secara 3 dimensi. Selain itu juga bentuknya portable sehingga bisa digunakan di Puskesmas dan pengujiannya jg lebih cepat dan murah”, imbuhnya.

Melalui Micro Be Mate, diharapkan dapat membantu masyarakat dan tenaga kesehatan agar lebih mudah dalam pemeriksaan deteksi dini tuberkolosis. Inovasi ini berhasil meraih Medali Emas dalam bidang life science di ajang IYSA Special Award Youth National Science Fair (YNSF) yang diadakan di Bali, pada Minggu (12 /3/2023) lalu. (anang/HumasUB)

Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/micro-be-mate-alat-deteksi-dini-tbc-yang-raih-medali-emas/

Kampanye Eliminasi Kusta, Dosen FK UB Beri Edukasi Melalui Komik

Loading

Indonesia merupakan negara diurutan ketiga dengan jumlah kasus kusta terbanyak di dunia. Secara nasional, Indonesia telah mencapai eliminasi kasus kusta di tahun 2010. Eliminasi yang dimaksud ialah jumlah kasus kusta kurang dari 1 per/ 10.000 penduduk. Namun, riset yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan di tahun 2022 menyatakan masih ada 6 propinsi yang belum mencapai eliminasi.

Kolaborasi antar kampus melalui KATAMATAKU di Ambon

Beberapa Provinsi yang belum mencapai eliminasi yaitu Minahasa, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, dimana Provinsi Maluku masih memiliki kasus 2,8 per 10.000 penduduk. Berlatar belakang permasalahan tersebut, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya berkolaborasi dengan beberapa universitas lain di Indonesia dalam upaya menurunkan stigma kasus Kusta, di Ambon, Maluku. Tim yang terdiri atas Dr. dr. Dhelya Widasmara, Sp. KK(K). FINSDV, FAADV, Dr. dr. Ni Wayan Eka Ciptasari, Sp.KK. FISNDV, dr. Marina Ramadani, Sp.KK., dr. M. Ayyub Arachman, M.Ked.Klin., Sp.DV dan dr. Rully Setia Agus Dimawan, Sp.KK. FINSDV, FAADV ini berada di Ambon dalam rangka Program Sehat untuk Penderita Kusta di Maluku, kolaborasi antara Kelompok Studi Dermatologi Sosial Indonesia dan KATAMATAKU Universitas Indonesia.

“Kami berupaya mengedukasi untuk membuang stigma dibiasakan dari kecil agar mereka paham dan sadar pengetahuan tentang Kusta. Pemilihan dusun Latuhalat sebagai tujuan karena di daerah ini masih banyak kasus kusta dengan permasalahan stigma yang sangat besar”, ujar Dr. dr. Dhelya Widasmara, Sp. KK. FINSDV, FAADV.

Stigma kusta, imbuh perempuan yang akrab dipanggil Lala ini, merupakan salah satu factor penyebab belum tercapainya eliminiasi di Indonesia. “Meski upaya penurunan stigma ini sudah lama dilakukan, namun belum memberikan hasil yang memuaskan”, ujarnya.

Bentuk edukasi tim yang ditugaskan oleh Dr. dr M. Yulianto Listiawan Sp. KK. FINSDV, FAADV., selaku Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia ini adalah dengan memberikan edukasi kepada siswa sekolah. “Dimulai dari siswa SD, dengan media edukasi berupa Komik Bunga dan Langit Si Dokter Cilik volume 1, yang temanya sendiri juga tentang edukasi mengenai kusta dan dampak stigmanya terhadap penderita. Selain itu juga ada bakti sosial yang dilakukan di Universitas Patimura”, ujar Lala.

Edukasi melalui series komik Bunga dan Langit

“Saya mencoba membagikan komik menarik dan  bergambar kepada anak-anak usia SD disana, setelah mereka kami beri kesempatan membaca dan memahami apa itu Kusta?, kemudian saya cobauntuk  mewawancarai  sekitar 10 anak dikelas tersebut. Luar biasanya gagasan dengan membagikan komik yang kami lakukan mendapat feedback yang bagus dimana mereka bisa memahami, mengetahui dan  menjelaskan kalau ternyata penyakit ini ada disekitar tempat mereka tinggal”, ungkapnya.

Melalui kolaborasi ini, diharapkan dapat mengurangi stigma kusta di masyarakat. “Selain itu, melalui program ini juga dapat membantu program pengendalian kusta yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia”, pungkas dosen sekaligus Ketua Kelompok Studi Dermatologi Sosial Indonesia ini. (anang/VQ)

Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/kampanye-eliminasi-kusta-dosen-fk-ub-beri-edukasi-melalui-komik/

Pusat Studi Kardiovaskuler Selenggarakan Bedah Buku dan Launching Aplikasi “Atria” : Untuk Perawatan Jantung Mandiri dan Multidisplin Pada Pasien Gagal Jantung

Loading

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya terus berkomitmen dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang sesuai dengan Visi/Misi Universitas Brawijaya, dimana sebagai Institusi Kedokteran sekaligus pelopor untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pengabdian masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini kegawatdaruratan pada perawatan pasien dengan gagal jantung, FKUB melalui Pusat Studi Kardiovaskuler bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), bertempat di Gedung Graha Medika pada Jum’at (3/3/23), menyelenggarakan serangkaian kegiatan “Bedah Buku dan Pengenalan Aplikasi “Atria” untuk Perawatan Jantung Mandiri dan Multidisiplin pada Pasien Gagal Jantung”.

Dekan FKUB Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si., Med., Sp. A (K) yang berkenan hadir dalam kesempatan ini dalam sambutannya menyampaikan,  selamat kepada Prof Saifur dan Tim atas di selenggarakannya kegiatan Bedah Buku dan Pengenalan Aplikasi  “Atria” pada hari ini.

Perlu kami sampaikan bahwa Pusat Studi Kardiovaskular ini, berawal dari Kelompok Kajian (KK) pada tahun 2022 kemarin berubah menjadi pusat studi. Kedepan kami berharap pusat studi menjadi Center of Excelent, dan menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI) ditingkat nasional denga begitu kami bisa bekerjasama dengan fakultas ataupun kampus lain untuk perkembangannya. Sekali lagi Kami mengucapkan terima kasih dan selamat kepada tim pusat studi kardiovaskuler sehingga buku maupun aplikasi ini dapat memberikan manfaat dan membantu masyarakat.

Pada kesempatan ini Prof. dr. Saifur Rohman, Sp.JP (K), Ph.D dalam laporannya menyampaikan, “acara ini merupakan kontribusi pusat studi untuk perbaikan layanan kesehatan jantung di Malang Raya, yang diharapkan untuk mengurangi angka rehospitalisasi dan kematian pasien gagal jantung dan menekan early warning system”.

Kami mempersembahkan 2 kegiatan besar yakni launching aplikasi “Atria” bahwa buku ini terkait dengan kolaborasi antara beberapa lintas profesi, dimana tidak hanya dari segi kedokteran saja, tetapi kami melibatkan dari keperawatan dan gizi, dan menghadirkan perwakilan dari beberapa organisasi profesi dari berbagai multidisplin ilmu antara lain: PERKI Malang raya, IDI Malang, PPNI, IAI, PERSAGI, IPK dan IFI.

Buku ini berisikan tentang penjelasan mengenai dasar dasar gagal jantung serta strategi perawatan mandiri oleh pasien dan keluarga dengan pendekatan multidsiplin untuk tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah rehospitalisasi pasien-pasien gagal jantung. (An4nk-Humas FKUB)

Sumber : http://www.fk.ub.ac.id/pusat-studi-kardiovaskuler-selenggarakan-bedah-buku-dan-launching-aplikasi-atria-untuk-perawatan-jantung-mandiri-dan-multidisplin-pada-pasien-gagal-jantung/

Kado Alumni untuk Dies Natalis FKUB ke-49

Loading

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya FKUB pada Minggu (8/1/2023) menyelenggarakan puncak acara Dies Natalis FKUB ke-49 dengan kegiatan Gowesin FK, Senam Sehat, Jalan Sehat, Lomba Booth Program Studi dan Expo Bisnis Alumni yang pelaksanaannya bertempat di depan Gedung A FKUB.

Dalam kesempatan ini, Alumni memberikan kado Dies Natalis 49 FKUB dengan meresmikan Yayasan Alumni yaitu Yayasan Panji Hijau Muda. Yayasan Panji Hijau Muda merupakan Yayasan yang didirikan oleh Ikatan Alumni FKUB dengan tujuan untuk mewujudkan soliditas alumni FKUB untuk memberikan sumbangsih nyata bagi almamater, masyarakat, bangsa dan negara, ungkap dr. Aries Budianto, Sp.B-KBD Ketua Alumni FKUB dalam sambutannya.

Peresmian Yayasan Panji Hijau Muda

Selain itu, Alumni juga memberikan Bantuan Pendidikan Mahasiswa kepada dua orang mahasiswa program studi sarjana kedokteran dan profesi kedokteran. “Kami berharap semoga ini dapat menjadi pemancing untuk alumni-alumni FKUB diluar sana untuk memberikan sumbangsih yang lebih besar lagi untuk almamater, masyarakat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri” ungkap dr. Aries Budianto Sp.B-KBD.

Penyerahan Bantuan Pendidikan Mahasiswa

 

Webinar Kesehatan Lustrum XII UB: Cegah Diabetes pada Usia Produktif

Loading

Pasien Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia semakin banyak ditemukan pada usia produktif. Beberapa penyebabnya adalah gaya hidup yang tidak sehat dan kurangnya deteksi dini. Sehingga perlu adanya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pencegahan, deteksi dini, serta penanganan Prediabetes.

Demikian disampaikan dr. Laksmi Sasiarini, Sp.PD., K-EMD pada Webinar Kesehatan “Melawan Penyakit Degeneratif di Usia Produktif melalui Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular”, Senin (21/11/2022). Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan Lustrum XII Universitas Brawijaya (UB).

Disampaikan dr. Laksmi, Prediabetes merupakan kondisi adanya gangguan keseimbangan glukosa dalam tubuh, namun belum memenuhi kriteria DM. Tercatat Indonesia menjadi negara dengan jumlah Prediabetes sebanyak 29,1 juta orang pada tahun 2019 (data IDF Diabetes Atlas 2019), dan diprediksikan jumlahnya terus meningkat.

Prediabetes dianggap penting karena tidak bergejala dan merupakan faktor risiko terjadinya DM tipe 2, serta meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular, kerusakan ginjal, syaraf tepi, dan retina mata.

“Perubahan dari Prediabetes menjadi DM tipe 2 dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup, dan bila perlu dengan pemberian obat. Dan karena di fase awal tidak bergejala, maka perlu dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk menegakkan diagnosis,” ungkap konsultan endokrin metabolik dan diabetes ini.

Sementara itu, untuk membentuk pola perilaku kesehatan (healthy lifestyle) untuk mencegah DM, Dr. Ns. Heri Kristianto, M.Kep.,Sp.Kep.MB menyampaikan untuk berperilaku CERDIK, yakni singkatan dari Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

Cek kesehatan secara rutin meliputi Indeks Massa Tubuh, lingkar perut, tekanan darah, kadar gula darah, serta kolesterol.

“Cek kesehatan seperti mengukur tekanan darah dapat dilakukan sendiri menggunakan alat pengukur tekanan darah digital. Namun perlu diperhatikan, tidak direkomendasikan untuk mengecek tekanan darah dengan smartwatch,” ujar Heri.

Ia menambahkan, tidak menjadi masalah menggunakan aplikasi mobile untuk menghitung Indeks Massa Tubuh atau mengatur menu diet. Demikian juga physical activity mobile apps untuk mengingatkan pasien pada jadwal latihan atau aktivitas fisik.

“Ini salah satu cara memotivasi dan memacu komitmen pasien untuk latihan aktivitas fisik secara teratur. Namun untuk monitoring kesehatan sebaiknya dikonsultasikan kepada profesional agar penatalaksanaan DM tepat sasaran,” jelas Heri.

Kegiatan ini juga menghadirkan pemateri dr. Eko Nugroho, Sp.KFR yang memberikan materi “Panduan Olahraga bagi Populasi Berisiko Diabetes Pasca Pandemi”, serta Dr. Fajar Nugroho, S.Gz., M.Kes yang menyampaikan materi “Strategi Diet Sehat sebagai Upaya Pencegahan Diabetes Sejak Dini”. [Irene]

Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/webinar-kesehatan-lustrum-xii-ub-cegah-diabetes-pada-usia-produktif/

Marak Kasus Gagal Ginjal pada Anak, Dosen FK UB Ajak Masyarakat Tidak Panik dan Waspada

Loading

Merebaknya kasus gagal ginjal akut pada anak beberapa waktu belakangan ini merisaukan banyak orang tua. Kasus ini mulai terdeteksi sejak bulan Agustus hingga saat ini. Merespon kejadian tersebut, Dr. Astrid Kristina Kardani, M.Biomed, Sp.A(K) dan DR. Dr. Krisni Subandiyah, Sp.A(K), dua dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya bidang Nefrologi Anak mengajak masyarakat untuk tetap waspada namun jangan panik.

Pasien Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal atau disebut GGAPA, menurut Krisni, memang membuat panik. Namun ia berharap masyarakat tetap waspada. “Pasien GGAPA mayoritas umur terbanyak dari usia 2-5 tahun, kebanyakan datang dengan demam, batuk, pilek, muntah, nyeri perut dan diare”, jelasnya.

Gangguan ginjal akut bukan hal yang baru di bidang penyakit ginjal anak, menurut Astrid, akan tetapi yang bersifat atipikal (tidak diketahui penyebabnya) trennya meningkat sejak bulan Agustus 2022. “Tren yang terjadi dua hingga tiga bulan terakhir, dari kasus yang sering ditangani, 24 persen penyebabnya masih atipikal (misterius). Jika dikaitkan dengan konsumsi obat-obatan atau makanan tidak sehat, hal ini juga sering disampaikan. Namun kasus ini tidak biasa, penyebabnya belum diketahui. Kalau biasanya ada kelainan di ginjal, kelainan dehidrasi, atau kanker, tapi ini semua sudah disingkirkan. Investigasi sudah dilakukan untuk mencari penyebabnya. “Masyarakat tidak usah panik, namun tetap waspada”, ujar konsultan ginjal anak ini.

Orang tua memegang peranan penting dalam pemantauan kesehatan ini. “Ginjal adalah organ yang sangat suka dengan air, sehingga wajib minum air putih yang cukup sesuai usia dan berat badan, hindari makanan yang membebani ginjal seperti pemanis, pengawet, MSG, olahraga yang sesuai dengan usia anak, dan hindari juga konsumsi makanan yang terlalu asin. Tetap waspada namun sekali lagi, jangan panik”, pungkasnya.

GGAPA imbuh Krisni merupakan penurunan fungsi ginjal secara cepat. “Penyakit ini ditandai penurunan atau tidak adanya urin yang di produksi. Jika di lab, akan nampak peningkatan urea kreatinin. Disebut atipikal juga karena masih belum diketahui pasti penyebabnya apa. Bisa karena infeksi virus, bakteri atau penyebab lain”, terangnya.

Astrid menambahkan durasi dari gejala awal seperti demam, batuk, pilek hingga berkurangnya atau tidak munculnya urin sama sekali sekitar 4-7 hari. Durasi pengobatan juga tergantung pada respon tubuh terhadap terapi yang diterima. Dalam kondisi tertentu, pasien akan diberikan terapi hemodialisis (cuci darah) untuk membantu mengembalikan fungsi ginjal.

Kondisi akut yang tertangani dengan baik dapat mempercepat pemulihan pasien. Fungsi ginjal dapat terganggu jika ada hambatan dalam peredaran darah. Konsumsi air putih  sesuai kebutuhan dan memperhatikan kandungan dalam makanan yang dikonsumsi juga penting dalam menjaga kesehatan ginjal. (vQ)

Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/marak-kasus-gagal-ginjal-pada-anak-dosen-fk-ub-ajak-masyarakat-tidak-panik-dan-waspada/

 

LIBATKAN PAKAR DALAM DAN LUAR NEGERI, BKKBN GELAR KONVERENSI INTERNASIONAL PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

Loading

Malang – Angka Stunting di Indonesia sudah turun namun masih belum memenuhi target. Untuk itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus melakukan berbagai upaya untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia salah satunya dengan melibatkan para pakar dan akademisi baik dalam negeri maupun luar negeri melalui berbagai kajian-kajian ilmiah yang dibedah dalam acara The 2nd South East Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting (SEAA) 2022 di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya Malang (4/10).

Kepala BKKBN, Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengungkapkan angka stunting di Indonesia sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun kemarin. Berdasarkan data SSGI 2021, angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen sedangkan di Jawa Timur sebesar 23,5 persen.

“Kegiatan ini merupakan agenda dua tahunan dan kegiatan hari ini merupakan kegiatan yang ke dua. Sedang yang pertama dilakukan pada tahun 2018 lalu, ” jelas Pak Hasto.

Doktor Hasto menambahkan selain masalah stunting, Indonesia juga akan segera dihadapkan pada aging population pada tahun 2035, dimana Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56 %) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9.7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48.2 juta jiwa (15,77%).

“Saat terjadi aging population dibutuhkan Sumber Daya Manusia usia produktif yang berkualitas karena terjadinya dependensi rasio yang sangat tinggi. Dimana usia produktif harus menanggung biaya SDM yang tidak produktif yaitu lansia dan anak usia dibawah 14 tahun. Dimana kedua unsur SDM ini tidak produktif tetapi membutuhkan biaya yang cukup besar, ” papar Pak Hasto.

Untuk itu, sambung Doktor Hasto sangat penting bagi Indonesia untuk menurunkan angka stunting bahkan zero stunting untuk menyambut era aging population tersebut.

“Anak stunting tersebut pasti merupakan SDM yang kurang bisa bersaing dimasa depan. Padahal tugas dan tanggung jawab mereka sangat besar, ” ungkapnya.

Untuk itu, BKKBN bersama mitra terus melakukan berbagai upaya untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia dengan melakukan upaya pencegahan terjadinya stunting. Selain itu, BKKBN juga mempersiapkan program pemberdayaan ekonomi usia non produktif perempuan, dimana angka lansia perempuan akan lebih besar dibanding lansia pria. Dimana angka kematian pada kaum pria lebih tinggi daripada angka kematian pada kaum perempuan.

Ditempat yang sama, Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. Emil Elestianto Dardak mengungkapkan apresiasi terhadap kinerja BKKBN dimasa kepemimpinan Dr. Hasto Wardoyo selama ini.

“Saya sangat salut kepada Kepala BKKBN sejak saya menjadi Bupati Trenggalek, Pak Hasto ini sangat tepat dalam pengambilan kebijakan dalam mengatasi masalah kependudukan ini, ” ungkap Emil Dardak.

Emil menambahkan agar kebijakan yang diambil tepat sasaran dan program bisa berjalan sesuai dengan target maka dibutuhkan data yang stabil dimana setiap Kementerian/Lembaga memiliki kesamaan data. Selama ini, data antar K/L masih ada selisih.

“Untuk itu, kami membutuhkan data stabil by name by address yang bisa dimanfaatkan oleh semua K/L sesuai dengan kebutuhan masing-masing”, jelasnya.

Sebelumnya, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo mengungkapkan Tri Dharna Universitas adalah pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Universitas Brawijaya telah melakukan pendampingan masyarakat terkait stunting dengan melibatkan lebih dari 800 mahasiswa dan dosen di sekitar malang raya dalam kegiatan KKN Tematik di Tahun 2022.

“Selain masalah stunting, Universitas Brawijaya juga mempersiapkan permasalahan yang akan muncul saat aging population terjadi. Dimana, berbagai penelitian telah dilakukan untuk mempersiapkan dan mencari alternatif nutrisi dan pangan yang diharapkan dapat mengurangi berbagai masalah yang menyertai penuaan”, paparnya.

Sementara itu, di sesi Press Conference, YBrs. Encik Abdul Shukur bin Abdullah, Head Director of Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Nasional (LPPKN), Malaysia mengatakan tidak hanya di Indonesia, masalah stunting juga menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Malaysia dimana berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Malaysia saat ini angka stunting di Malaysia masih di angka 21%.

“Selain Stunting, Malaysia juga menghadapi aging population pada tahun 2039 atau 5 tahun lebih awal dibandingkan dengan Indonesia. Sedang untuk TFR Malaysia masih di angka 1.7 dengan target tahun 2022 ini di angka 1.5,” sebutnya. (Humas)

Sumber : http://www.fk.ub.ac.id/libatkan-pakar-dalam-dan-luar-negeri-bkkbn-gelar-konverensi-internasional-percepatan-penurunan-stunting/

Penerapan Teknologi dalam Pemantauan Kesehatan

Loading

Pemantauan kesehatan secara mandiri semakin mudah dilakukan dengan adanya perkembangan teknologi. Bahkan saat ini berkembang smart watch yang dapat mengukur tanda vital tubuh, seperti menghitung laju pernapasan dan denyut jantung pemakainya.

Perbincangan mengenai perkembangan teknologi kedokteran dalam pengukuran fungsi tanda-tanda vital tubuh manusia ini menjadi topik yang diangkat dalam bincang sehat bersama staf pengajar pada Departemen Keilmuan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) Agwin Fahmi Fahanani, S.T.,M.T.

Kegiatan ini merupakan rangkaian seri Pengabdian Masyarakat FK-UB yang disiarkan di salah satu radio di kota Malang, Rabu (13/07/2022).

Agwin menyampaikan, perkembangan teknologi kesehatan tersebut semakin memudahkan manusia untuk memantau kesehatannya, karena dapat segera diketahui hasilnya dan dikonsultasikan kepada tenaga medis.

Salah satu bentuk teknologi yang membantu kemudahan ini adalah phohoplethysmography atau PPG, yaitu metode pengukuran optik yang menggunakan sumber cahaya dan fotodetektor di permukaan kulit untuk mengukur variasi volumetrik sirkulasi darah.

“Contoh alat kesehatan yang menggunakan prinsip ini adalah smart watch dan thermogun yang memakai cahaya inframerah yang aman dan tidak meradiasi,” jelas Agwin.

Agwin menuturkan, pada dasarnya setiap benda termasuk tubuh manusia memancarkan radiasi infra merah, dimana pada alat detektor ini sinar tersebut akan dihantarkan ke sebuah alat thermopile melalui lensa termometer.

Thermopile tersebut akan mengubah pancaran radiasi menjadi energi panas yang kemudian dikonversikan menjadi energi listrik.  Energi listrik ini yang akan diukur oleh termometer sehingga menghasilkan besaran suhu,” paparnya.

Prinsip yang sama berlaku pada pengukuran saturasi oksigen dalam darah melalui alat oksimeter yang banyak dimanfaatkan selama pandemi Covid-19 lalu.

Selain oksimeter, kita juga terbiasa menggunakan tensimeter digital. Tensimeter digital bekerja berdasarkan prinsip bahwa tekanan darah sistolik dan diastolik yang mengalir melalui arteri akan menyebabkan getaran di dinding arteri yang dapat dideteksi dan ditransduksi menjadi sinyal listrik yang terbaca pada monitor. [Safrina/Humas UB]

Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/penerapan-teknologi-dalam-pemantauan-kesehatan/