Emil Dardak di PKKMB UB: Kesuksesan Ditemukan saat Kesempatan Bertemu Kesiapan

Loading

Emil Elistianto Dardak, B.Bus., M.Sc., Ph.D., mantan Wakil Gubernur Jawa Timur dan Bupati Trenggalek, tampil memukau di hadapan ribuan mahasiswa dalam rangkaian Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Raja Brawijaya hari kedua, Selasa (13/08/2024). Pada momentum ini, politisi sekaligus lulusan master di University of Oxford yang pernah menjabat sebagai Financial Specialist Consultant di Bank Dunia dengan lantang menyuarakan “Perwujudan Profil Pelajar Pancasila dalam Rangka Gerakan Revolusi Mental Indonesia”.

Emil menyampaikan, revolusi mental merupakan konsep yang diinisiasi di tahun 2014 untuk mencapai Indonesia maju. Ada dua poros utama, yakni etos kerja dan budi pekerti. Seperti kalau ada barang, tidak hilang. Dan kalau mau antri, tertib. Hal-hal sederhana yang harus diamalkan sedini mungkin. Terutama mahasiswa sebagai young adult, lingkungan kampus adalah lingkungan yang paling tepat dalam memupuk nilai-nilai Pancasila. Bagaimana Pancasila bisa diinternalisasi di era digital sekarang ini dan akan termanifestasi dalam bersikap, bertindak, maupun berpendapat.

Dikenal dengan pencapaian memperoleh gelar PhD pada usia muda, Emil Dardak membagikan kisah permulaan pendidikannya. “Saya terinspirasi dari salah satu buku Profesor Soemitro Djojohadikoesoemo, yang membuat saya menetapkan main goal bagaimana caranya jadi Doktor Ekonomi di usia 21-23 tahun. Saya mengambil sistem penyetaraan di Amerika, mendapat First Class Honours ditambah dengan support beasiswa sehingga bisa mendaftar S3 lebih awal,” ujar Emil.

Ia juga memanfaatkan peluang-peluang yang ada sehingga kualifikasi akademiknya berbanding lurus dengan pengalaman kerja.

Emil menggambarkan mahasiswa ideal sebagai mereka yang mampu memaksimalkan Tridharma Perguruan Tinggi, sehingga perkuliahan bukan hanya jembatan mencari ijazah, tetapi panggung menempa diri untuk siap menghadapi dunia nyata.

Menurutnya, revolusi mental lebih matang bisa dilatih dari tiga wadah, yakni kompetisi, organisasi, dan penelitian. Keberanian untuk jenuh serta jatuh dalam perlombaan akan memperkuat resilience atau ketahanan seseorang. Mengambil peluang menjadi pimpinan senat, ketua BEM, maupun organisasi lain turut membentuk kemampuan mengukur risiko.

Emil juga membagikan petuah yang membuka perspektif segar. “Saya jadi teringat saat 2003 freshgrad, kerja saya adalah terkait surat-menyurat di tim Sekretariat Minister Forum on Infrastructure Development di Asia Pasifik. Waktu luangnya saya pakai untuk baca makalah para pakar, senior official di berbagai kongres lalu saya compile dan bikin dalam excel sehingga terorganisir berdasarkan topik. Suatu waktu, pimpinan panik untuk menyiapkan draft deklarasi menteri-menteri. Akhirnya saya beranikan angkat tangan dan memberikan bahan yang pernah saya buat tadi. Siapa sangka setelah itu saya dipindahkan ke Tim Pakar bersama guru besar dari UI, ITB, dan UGM. Jadi kalau mau excellent bukan hanya tentang kepintaran atau punya jabatan, tapi extra things yang dilakukan, lebih dari yang disuruh,” paparnya.

Sudah saatnya stigma tentang Generasi Z yang “mudah bosan” berubah menjadi “mereka yang berani mencoba hal-hal baru.” Sosok Emil berharap mental “cukup melakukan sesuai instruksi”, beralih ke mental “enterpreneur”, yakni “apapun hal yang diperlukan untuk menang sekalipun tidak familiar harus coba dikerahkan.”

Mahasiswa juga tidak perlu khawatir tersubtitusi oleh kemajuan teknologi, asalkan mereka tidak hanya mengandalkan critical thinking dan intellectual understanding, tetapi juga wisdominstinct, serta feel yang tidak akan pernah tergantikan Artificial Intelligent (AI). Selayaknya kekuatan otot atlet angkat besi, semua itu bisa dilatih dan dikondisikan sejak empat tahun di bangku perkuliahan.

“Pesan dari saya, jangan menunda-nunda dan wasting time untuk hal yang tidak perlu. Karena kesuksesan paling dahsyat adalah ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. Di masa depan nanti, bukan lagi tentang seberapa besar nilai IPK, tapi seberapa unik life story hidup Anda, dan bagaimana cara Anda survived dan succeed dengan kondisi yang sulit,” ungkapnya.

Ia menambahkan salam hangat sebagai penutup. “Untuk seluruh Aradhana 62, selamat telah memulai kehidupan kampus! Walaupun masa depan akan sangat challenging, tapi percayalah kalian adalah generasi tumpuan andalan bangsa. InsyaAllah, selama kalian menjadi individu yang tangguh, masa depan akan ada di genggaman. Maju terus, Universitas Brawijaya!” pungkas Emil. [Hilya/Irene]

Sumber: https://prasetya.ub.ac.id/emil-dardak-di-pkkmb-ub-kesuksesan-ditemukan-saat-kesempatan-bertemu-kesiapan/

About Author