KRONOLOGI Mahasiswa FK UB Terseret Ombak di Malang, 1 Korban Selamat Terombang-ambing 9 Jam di Laut
Sebanyak lima orang diduga terseret ombak di Pantai Jembatan Panjang, Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (8/7) pagi. Tiga di antaranya ialah mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, terdiri dari 2 mahasiswa asing.
Kapolsek Bantur, AKP Slamet Subagyo mengatakan kedua WNA itu adalah Jana Olivia asal negara Swiss, dan Brieva Ramirez asal Spanyol. Sementara tiga orang lainnya, adalah Pendik, Bayu, dan Made Indra. Mereka diduga adalah mahasiswa serta pemandu wisata.
Kepala Pengelola Informasi dan Kehumasan FK Universitas Brawijaya dr. Holipah menjelaskan, kejadian tersebut bermula dari adanya kegiatan kampus di Pantai Panjang. Yakni program rutin yang dilakukan ditujukan kepada mahasiswa asing untuk mengenalkan budaya dan destinasi wisata Indonesia.
Sekadar info, sebenarnya terdapat 29 mahasiswa yang ikut dalam kegiatan tersebut, terdiri dari 17 mahasiswa asing yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar. Sisanya mahasiswa asli FK UB.
Kegiatan itu sudah atas seizin dari Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FK UB. Program pertukaran pelajar rencananya akan berlangsung sekitar tiga minggu dari tanggal 3 – 28 Juli 2023.
“Kegiatan seperti halnya melakukan kegiatan penelitian di laboratorium atau melakukan observasi di rumah sakit, dalam kegiatan tersebut ada program sosial yaitu mengenalkan budaya Indonesia dan beberapa tempat di Malang, salah satunya kegiatan itu,” kata dr. Holipah
Dalam program pertukaran pelajar tersebut, ada jadwal kegiatan di luar kampus saat hari libur. “Untuk hari libur memang mereka memprogram untuk kegiatan-kegiatan di luar kampus dan rumah sakit, misalnya ke Bromo, ke pantai, ini suatu kegiatan yang rutin dilakukan dengan bekerja sama dengan agen yang sama, sehingga kami tidak ragu lagi dengan kemampuan agen tersebut,” katanya.
“Termasuk kemampuan mendampingi adik-adik di pantai, adik-adik juga sudah memastikan bagaimana terkait keselamatannya, dari pihak agen menyampaikan aman,” tambahnya.
Kronologi kejadian
Kegiatan di Pantai Panjang dilakukan sejak Jumat (7/7/2023). Para mahasiswa berangkat sekitar pukul 14.00 WIB dan bermalam di sana.
“Rencananya hari ini (8/7/2023) pulang jika tidak ada masalah, hanya sehari, karena Senin sudah harus beraktivitas lagi di rumah sakit dan kampus,” katanya.
“Peristiwa itu terjadi Sabtu sekitar pukul 08.00 WIB, terjadi laka laut dimana korban terseret ombak di Pantai Jembatan Panjang. Kejadian itu bermula saat kedua korban WNA melakukan aktifitas surfing dan berenang di Pantai Jembatan Panjang. Namun, dua WNA tersebut tidak bisa menepi dan tersangkut di tengah pulau. Kemudian, tiga orang lainnya yakni Made Indra, Bayu dan Pendik berniat untuk membantu dua WNA itu. Namun, pada saat yang bersamaan datang ombak besar dan mereka semua terseret ombak,” tuturnya.
Mereka sebelumnya berangkat dari wilayah Kota Malang untuk berwisata pada Jumat (7/7) dan tiba di Pantai Jembatan Panjang kurang lebih pukul 17.30 WIB, bersama rombongan sebanyak 29 orang yang terdiri dari 17 WNA dan 12 WNI.
Di Pantai Jembatan Panjang tersebut, rombongan bermalam menggunakan tenda yang telah disiapkan.
“Pada keesokan harinya, Sabtu (8/7/2023) sejumlah wisatawan dalam rombongan tersebut berenang dan surfing di Pantai Jembatan Panjang. Saat itulah, dua korban WNA tenggelam, lalu disusul 3 orang WNI yang hendak menolong,” pungkasnya.
Pihak FK UB menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan musibah yang tidak bisa dihindarkan.
“Ini juga musibah, tidak bisa dihindarkan, kami mohon doa dari segala pihak agar evakuasi dan pencarian ini bisa dilakukan dan ditemukan semua korban, tinggal dua mahasiswa dan tiga guide dari agen tersebut, semoga ditemukan dalam kondisi sehat dan selamat,” katanya.
Untuk identitas mahasiswa asing yang masih belum ditemukan yakni Jana Olivia Soland (24) asal Swiss dan Ana Brieva Ramirez (23) asal Spanyol.
Pihak FK UB terus melakukan koordinasi dengan kedutaan terkait. “Dari International Office UB sudah menelepon masing-masing kedutaan dari warga negara tersebut, kami juga segera mengirimkan Official Letter ke masing-masing kedutaan,” katanya. “Sebagian masih di sana, sebagian sedang dievakuasi untuk kembali, kami berkoordinasi memulangkan mahasiswa yang lain,” katanya.
Pihak FK UB juga sudah berupaya menurunkan Tim Emergency Disaster ke sekitar lokasi kejadian. Hingga saat ini, proses pencarian masih terkendala cuaca yang kurang baik dan ombak sedang tinggi. “Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan sudah langsung turun di lokasi, informasi terakhir cuaca kurang baik dan ombak sedang tinggi agak kesulitan untuk dilakukan pencarian di air,” katanya.
Kesaksian korban selamat
Salah satu korban, M Ruspandi (24) alias Pendik, ditemukan dalam kondisi selamat, Sabtu (8/7/2023) sekitar pukul 17.30 WIB. Pendik, mahasiswa Universitas Brawijaya asal Desa Kolagen, Kecanatan Tajinan, Kabupaten Malang itu terombang-ambing menggunakan jaket pelampung dengan jarak 0,586 kilometer atau 0,5 mil dari titik tempat kejadian perkara. Ruspandi menceritakan tubuhnya sempat mengapung selama 9 jam di laut lepas.
Pendik menjelaskan, mulanya dirinya berniat hendak menolong mahasiswa asing UB yang tenggelam terbawa ombak saat surfing. Kedua mahasiswa asing tersebut ialah Jana Olivia asal negara Swiss dan Brieva Ramirez asal Spanyol.
Pendik nekat menceburkan diri ke laut di tengah gelombang ombak saat air laut pasang. “Sebelum saya, teman saya, Bayu sudah mencebur ke laut untuk menolong dua korban WNA itu. Namun ia juga tidak kembali akibat tergulung ombak,” ungkapnya saat ditemui, Sabtu (8/7/2023) malam.
Pendik menjelaskan, tubuhnya juga tergulung ombak sampai ke tengah laut. Di tengah terjangan itu, ia masih berusaha mencari kedua korban WNA itu, sekaligus temannya yang lebih dulu tenggelam. “Di tengah saya sempat bertemu Bayu dalam keadaan hidup. Saya meminta ia berusaha kembali ke pinggir, biar saya yang akan mencari kedua WNA itu, karena saya membawa pelampung. Sedangkan Bayu tidak,” tuturnya.
“Saya juga bilang kepada Bayu, akan mengevakuasi kedua korban WNA itu ke tengah laut. Sebab semakin ke tengah pastinya arus semakin kecil,” imbuhnya. Namun, semakin ke tengah ia kembali bertemu dengan Bayu dalam kondisi sudah mengeluarkan busa dari mulutnya.
“Saya sempat meraih tubuh Bayu. Namun ia sudah sekarat. Saya coba memencet lehernya tapi ia justru mengorok dan mengeluarkan busa dari mulutnya,” katanya. Saat itulah, dengan kondisi ombak yang begitu besar, tubuh Bayu terlepas dari tangannya.
Setelah itu Pendik terombang-ambing hingga siang hari. Mulai diterjang arus ke timur, lalu kembali dihantam arus dari timur ke barat. “Ketika diterjang ke barat ini, saya melihat tubuh mengenakan baju hitam. Saya sempat mengangkat kakinya. Saya tidak tahu ia siapa. Yang pasti ia perempuan dan sudah meninggal,” ujarnya.
“Apabila saya membawa beban tubuh pastinya tidak memungkinkan, di tengah arus yang keras seperti itu,” katanya. Ia terus berjuang tetap bisa bertahan di tengah laut. Beberapa kali ia melihat nelayan yang sedang memancing, lalu berteriak minta tolong. Namun, suaranya tidak terdengar.
“Berselang beberapa waktu saya menemukan tumpukan sampah mengapung. Di tengah sampah itu terdapat kayu besar. Akhirnya saya ambil dan terus saya pegang untuk membantu saya mengapung,” kata Pendik.
Pendik terus berusaha terapung di tengah laut hingga potensi SAR Pantai Selatan Rescue sekitar pukul 17.30 WIB. Artinya ia telah mengapung sekitar 9 jam lebih sejak kejadian. “Saya bukan pemandu wisata. Tapi saya panitia acara dalam kegiatan wisata mahasiswa Universitas Brawijaya ini,” jelasnya.
Kini, personel gabungan masih siaga untuk mencari empat korban lain. Personel gabungan Kepolisian, TNI, SAR, relawan, dan warga sekitar 90 orang. “Kendala pencarian adalah cuaca hujan dan ombak tinggi,” imbuhnya.
Sumber : https://surabaya.tribunnews.com/2023/07/09/kronologi-mahasiswa-fk-ub-terseret-ombak-di-malang-1-korban-selamat-terombang-ambing-9-jam-di-laut?page=2
Tinggalkan Balasan