Universitas Brawijaya (UB) telah menunjukkan komitmen dan dukungan yang berarti dalam membantu komunitas peduli lupus di Malang, Yayasan Kupu Parahita Indonesia, selama 15 tahun. Komunitas ini didirikan pada tanggal 26 Juli 2008 oleh Guru Besar UB Prof. Dr. dr. Handono Kalim, SpPD-KR, dan sejak saat itu, UB telah secara aktif terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat setiap tahunnya, dengan melibatkan dosen dan mahasiswanya dalam kegiatan yang bertemakan peduli lupus.
“Kedepannya UB akan terus mendampingi Yayasan Kupu Parahita dan komitmen UB ke depan diharapkan bisa menjadi center untuk pengobatan, penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat berkaitan dengan lupus,” ujar Ns. Elvira Sari Dewi, S.Kep, M.Biomed Ketua Badan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (BPPM) FIKES UB dan ketua umum Yayasan Kupu Parahita Indonesia, Rabu (26/7/2023). Ini disampaikannya pada Malam Keakraban peringatan 15 tahun UB mendampingi Yayasan Kupu Parahita yang berlangsung di Malang Night Paradise, sebuah tempat rekreasi malam yang diharapkan dapat memberikan terapi rekreasi dan terapi warna (chromoterapi).
Acara ini dihadiri oleh anggota Yayasan Kupu Parahita Indonesia, yang terdiri atas pasien lupus, keluarga, dan tenaga kesehatan, dan mereka diberikan fasilitas gratis untuk mengikuti kegiatan tersebut, dengan pendanaan yang didukung sepenuhnya oleh FIKES UB. Sejumlah 76 orang memeriahkan acara tersebut. Tujuan dari acara ini adalah untuk membantu anggota komunitas mengatasi stres, gangguan tidur, dan nafsu makan yang sering dialami oleh pasien lupus.
Pendirian Parahita tanggal 26 Juli 2008 di Laboratorium Klinik Kawi 31 Malang: depan dosen FKUB, belakang pasien lupus dan pendamping/keluarga
Peringatan Hari Ulang Tahun ke-15 Yayasan Kupu Parahita Indonesia di Malang Night Paradise
Komunitas peduli lupus ini diberi nama “Parahita,” yang memiliki arti peduli pada sesama dalam bahasa Sansekerta. Selama perjalanan 15 tahun, komunitas ini juga mendapatkan dukungan dari Kelompok Kajian Lupus yang sebelumnya dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Kusworini, M.Kes, SpPK. Kelompok Kajian ini kemudian berubah nama menjadi Kelompok Kajian Lupus Autoimun dan Alergi (KK LAURA), yang saat ini diketuai oleh Dr. dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD-KR.
Disampaikan Elvira, komitmen UB terhadap Lupus akan diwijudkan melalui KK LAURA dan mewujudkan Yayasan Kupu Parahita Indonesia sbg percontohan lupus support group di Indonesia.
Bersama-sama, komunitas ini telah mencetak banyak kemajuan pesat dalam upaya mereka untuk mengatasi lupus dan memberikan dukungan kepada pasien lupus dan keluarga mereka.
Dengan dukungan dari Universitas Brawijaya dan berbagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan selama 15 tahun, Yayasan Kupu Parahita Indonesia semakin teguh dalam misi mereka untuk membantu pasien lupus dan keluarga menghadapi tantangan yang dihadapinya. Semoga kerjasama yang baik antara UB dan Yayasan Kupu Parahita Indonesia terus berlanjut, dan semakin banyak kemajuan dan dukungan bagi pasien lupus di masa depan.[tim/sitirahma]
Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/15-tahun-ub-dampingi-kupu-parahita-yayasan-peduli-lupus/
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Azzara Aji Syahputri tidak menyangka dirinya meraih IPK tertinggi pada wisuda Sabtu (15/07/2023), yakni 3,97. Bahkan saat ini Azzara telah dinyatakan diterima di dua perusahaan Jepang, yakni Niterra dan Kubota sebagai software engineer.
“Alhamdulillah, Masyaallah Tabarakallah saya sangat bersyukur lulus dengan IPK tinggi dan beberapa waktu lalu berkesempatan diundang empat perusahaan besar di Jepang untuk interview, dan dinyatakan diterima di dua perusahaan,” ungkap Azzara.
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer ini akan mulai bekerja dan menetap di Jepang pada awal tahun 2024. Sambil menunggu waktu keberangkatannya, Azzara saat ini bekerja sebagai mentor machine learning pada Bangkit Academy 2023 sembari mengerjakan project IT seperti membuat website untuk klien.
Pencapaian Azzara tidak terlepas dari keaktifannya mengembangkan soft skill selama kuliah. Ia mengikuti program merdeka belajar dengan menjadi Machine Learning Student pada Bangkit Academy 2022. Dari sana Ia belajar mengenai pembelajaran mesin dan mendapatkan sertifikasi global dari Google yaitu TensorFlow Developer Certification, yang membuatnya saat ini menjadi mentor di instansi tersebut.
“Saat kuliah saya juga memberanikan diri bergabung dalam Eksekutif Mahasiswa. Di sana saya melatih dan mengembangkan soft skill seperti manajemen waktu, public speaking, kepemimpinan, dan kerja sama,” cerita mahasiswi Teknik Informatika ini.
Anak pertama dari dua bersaudara ini juga pernah terpilih menjadi Head of External Affairs Google Developer Student Club UB, dan menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Basis Data serta mengajarkan ilmu basis data kepada adik tingkat setiap jam praktikum.
“Setelah menjadi software engineer nanti, saya ingin membuat aplikasi yang bermanfaat bagi perusahaan maupun masyarakat luas dengan memanfaatkan machine learning,” katanya.
Sama halnya dengan Azzara, mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) Alfatea Pintari Rahmi, peraih IPK 3,96 yang juga diwisuda pada hari yang sama ini mengaku senang mengikuti organisasi dan berbagai perlombaan.
Alfatea tercatat menjuarai berbagai lomba, di antaranya 3rd Best Oral Presentation AwardBrawijaya Medical Conference 2023, Juara 1 Poster Edukasi Kesehatan Ramadhan Forsis RSSA 2023, Juara 3 Poster Publik METRIC CIMSA UI 2022, serta menjadi finalis pada Olimpiade World Lupus Day Indonesia 2023, dan berbagai perlombaan lainnya.
Alfatea juga berkesempatan menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter (HMPD) sebagai staf ahli bidang Penalaran Akademik dan Keilmuan, serta menjadi tentor study club di FK.
“Dengan mengikuti organisasi dan perlombaan, saya bertemu banyak teman satu perjuangan yang penuh semangat dan guru-guru yang hebat. Saya belajar banyak tentang menang-kalah dan berhasil-gagal, serta mendapat berbagai kesempatan untuk menggali potensi dan meningkatkan kepercayaan diri,” ungkap mahasiswi asli Pangkalpinang ini.
Setelah dinyatakan lulus, Alfatea akan melanjutkan pendidikan profesi dokter di RSSA, dan ke depannya bercita-cita menjadi dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi.
“Saya tertarik dengan ilmu obgynsos atau fertilitas dan endokrinologi reproduksi, karena kebutuhan dokter obgyn di indonesia masih salah satu yang terbesar dan saya juga berencana ingin kembali ke daerah,” pungkas Alfatea. [Irene]
Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/wisuda-ub-periode-15-lahirkan-lulusan-berprestasi/
Azzara Aji Syahputri, S.Kom dan Alfatea Pintari Rahmi, S.Ked
Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup penyandang hipertensi di Kabupaten Lumajang, Tim Dosen Universitas Brawijaya (UB) berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan, Kependududukan dan Keluarga Berencana (P2KB) Kabupaten Lumajang dan Puskesmas Yosowilangun melakukan pemberdayaan kader melalui pelaksanaan program Pengabdian kepada Masyarakat Masyarakat Strategis Universitas Brawijaya (Pengmas Strategis UB) – Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 1000 Desa 2023.
Acara tersebut dihadiri oleh 100 orang kader dari Desa Kraton, Desa Yoso Kidul, dan Desa Yoso Lor, yang berasal dari Kecamatan Yosowilangun.
Selain itu, turut hadir juga tim puskesmas dan tim Dinkes P2KB Lumajang (7/7/2023).
Kegiatan Pengmas Strategis UB dilaksanakan dalam kurun waktu Mei hingga Juli 2023,dengan menyelenggarakan program inovatif untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang hipertensi melalui kaderisasi dan pendampingan lansia di Puskesmas Yosowilangun Kabupaten Lumajang.
Pengmas ini memberikan pemahaman tentang bagaimana pentingnya menjaga kesehatan mental dalam merawat lansia dan pentingnya peran kader dalam mensukseskan POSBINDU serta upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi.
Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan pelantikan dan pemberian slempang serta sertifikat oleh UB dan Dinkes P2KB kepada kader hipertensi yang bertujuan untuk membantu meningkatkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Kabupaten Lumajang.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi awal dari pencatatan anggota “Kader Hipertensi” untuk dilakukan monev keberlangsungan program serta adanya pendampingan lansia dengan hipertensi oleh kader hipertensi dan mahasiswa Universitas Brawijaya guna peningkatan kualitas hidup lansia di Kabupaten Lumajang.
“Diharapkan melalui pemberdayaan kader hipertensi dan upaya kolaboratif antara UB, Dinkes P2KB Lumajang, dan Puskesmas Yosowilangun, kualitas hidup penderita hipertensi di wilayah Kabupaten Lumajang dapat meningkat secara signifikan,”kata Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp, M.Kes sebagai Ketua Pelaksana.
Selain Prof Titin, Pelaksana kegiatan ini juga melibatkan dosen-dosen antaralain Dr. Yati Sri Hayati, SKp., M.Kes, Ns. Annisa Wuri Kartika, M.Kep., Sp.Kep.Kom, Ns. Elvira Sari Dewi, S.Kep., M.Biomed, dan dr. Cholid Tri Tjahjono, Sp.JP serta mahasiswa dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Brawijaya, seperti Luh Widianti, Jessica Fio Ardhia, Febrina Amanda, Medisa Roro Putri Nur Arifah, Riska Raudhatul Jannah, Damayanti Indriyani, dan Savinka Salsabiela Iriana Machfud. (*/Humas UB).
Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/pengmas-strategi-tingkatkan-kualitas-hidup-penyandang-hipertensi/
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) terus mengupayakan pencarian satu mahasiswa program student exchange yang terseret ombak di Pantai Jembatan Panjang, Kabupaten Malang.
Dari lima orang yang terseret ombak pada Sabtu (8/7/2023) lalu, dua di antaranya merupakan mahasiswa asing program student exchange di FK UB.
Satu orang mahasiswa berkebangsaan Spanyol sudah ditemukan selamat pada Minggu (9/7/2023). Sedangkan satu mahasiswa lain yang berasal dari Swiss masih dalam proses pencarian.
“Karena sampai saat ini belum ada keterangan maupun kejelasan terhadap JOS (mahasiswa asing asal Swiss), kami terus melakukan upaya pencarian. Kami juga berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk menyisir dari udara dengan menggunakan pesawat cassa,” kata Wisnu Barlianto, Dekan FK UB dilansir Antara pada Selasa (11/7/2023) malam.
Untuk mempercepat informasi terkait perkembangan mahasiswa asal Swiss tersebut, setiap hari ada dokter yang standby di sekitar lokasi.
Sementara itu, mahasiswa asing lainnya yang sudah ditemukan, Anna BR asal Spanyol sudah dirujuk ke RS Universitas Brawijaya (RSUB) dari Puskesmas Bantur, Kabupaten Malang pada Minggu (9/7/2023) sekitar pukul 15.00 WIB.
Dokter Vira Wardani sebagai dokter RSUB yang menangani Anna menyebut mahasiswi 24 tahun ini mengalami perkembangan kesehatan yang positif.
“Saat ini Anna sudah dirawat di ruangan (kamar). Setelah kami periksa, Anna mengalami tiga hal, yakni dehidrasi, sunburn dan traumatis. Untuk dehidrasi sudah kami kelola dan kami tangani,” ujar Vira.
Berdasarkan kesimpulan tim dokter RSUB, Anna menunjukkan perkembangan positif. Meski saat ini harus ditemani secara bergantian. Namun masih tetap memberlakukan pembatasan, sehingga masih belum bisa dikunjungi.
Hanya saja, lanjut Vira, untuk bisa melakukan fungsinya secara mandiri, Anna membutuhkan waktu, terutama untuk mengatasi traumatis dan sunburn-nya. “Besok kami lakukan evaluasi dan pemeriksaan kembali, semoga kondisi Anna segera pulih,” ujarnya.
Sementara itu, dr. Happy Kurnia Permatasari, Ketua Internasional Relations Office FK UB mengaku sudah berkoordinasi dengan kedutaan negara asal mahasiswa, baik yang dari Spanyol maupun Swiss. “Kami secara intensif juga berkomunikasi dengan keluarga Anna di Spanyol,” ucapnya.
Sumber : https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2023/fk-ub-terus-mencari-satu-mahasiswa-asing-yang-hilang-terseret-ombak-di-malang/
Sebanyak lima orang diduga terseret ombak di Pantai Jembatan Panjang, Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (8/7) pagi. Tiga di antaranya ialah mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, terdiri dari 2 mahasiswa asing.
Kapolsek Bantur, AKP Slamet Subagyo mengatakan kedua WNA itu adalah Jana Olivia asal negara Swiss, dan Brieva Ramirez asal Spanyol. Sementara tiga orang lainnya, adalah Pendik, Bayu, dan Made Indra. Mereka diduga adalah mahasiswa serta pemandu wisata.
Kepala Pengelola Informasi dan Kehumasan FK Universitas Brawijaya dr. Holipah menjelaskan, kejadian tersebut bermula dari adanya kegiatan kampus di Pantai Panjang. Yakni program rutin yang dilakukan ditujukan kepada mahasiswa asing untuk mengenalkan budaya dan destinasi wisata Indonesia.
Sekadar info, sebenarnya terdapat 29 mahasiswa yang ikut dalam kegiatan tersebut, terdiri dari 17 mahasiswa asing yang sedang mengikuti program pertukaran pelajar. Sisanya mahasiswa asli FK UB.
Kegiatan itu sudah atas seizin dari Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FK UB. Program pertukaran pelajar rencananya akan berlangsung sekitar tiga minggu dari tanggal 3 – 28 Juli 2023.
“Kegiatan seperti halnya melakukan kegiatan penelitian di laboratorium atau melakukan observasi di rumah sakit, dalam kegiatan tersebut ada program sosial yaitu mengenalkan budaya Indonesia dan beberapa tempat di Malang, salah satunya kegiatan itu,” kata dr. Holipah
Dalam program pertukaran pelajar tersebut, ada jadwal kegiatan di luar kampus saat hari libur. “Untuk hari libur memang mereka memprogram untuk kegiatan-kegiatan di luar kampus dan rumah sakit, misalnya ke Bromo, ke pantai, ini suatu kegiatan yang rutin dilakukan dengan bekerja sama dengan agen yang sama, sehingga kami tidak ragu lagi dengan kemampuan agen tersebut,” katanya.
“Termasuk kemampuan mendampingi adik-adik di pantai, adik-adik juga sudah memastikan bagaimana terkait keselamatannya, dari pihak agen menyampaikan aman,” tambahnya.
Kronologi kejadian
Kegiatan di Pantai Panjang dilakukan sejak Jumat (7/7/2023). Para mahasiswa berangkat sekitar pukul 14.00 WIB dan bermalam di sana.
“Rencananya hari ini (8/7/2023) pulang jika tidak ada masalah, hanya sehari, karena Senin sudah harus beraktivitas lagi di rumah sakit dan kampus,” katanya.
“Peristiwa itu terjadi Sabtu sekitar pukul 08.00 WIB, terjadi laka laut dimana korban terseret ombak di Pantai Jembatan Panjang. Kejadian itu bermula saat kedua korban WNA melakukan aktifitas surfing dan berenang di Pantai Jembatan Panjang. Namun, dua WNA tersebut tidak bisa menepi dan tersangkut di tengah pulau. Kemudian, tiga orang lainnya yakni Made Indra, Bayu dan Pendik berniat untuk membantu dua WNA itu. Namun, pada saat yang bersamaan datang ombak besar dan mereka semua terseret ombak,” tuturnya.
Mereka sebelumnya berangkat dari wilayah Kota Malang untuk berwisata pada Jumat (7/7) dan tiba di Pantai Jembatan Panjang kurang lebih pukul 17.30 WIB, bersama rombongan sebanyak 29 orang yang terdiri dari 17 WNA dan 12 WNI.
Di Pantai Jembatan Panjang tersebut, rombongan bermalam menggunakan tenda yang telah disiapkan.
“Pada keesokan harinya, Sabtu (8/7/2023) sejumlah wisatawan dalam rombongan tersebut berenang dan surfing di Pantai Jembatan Panjang. Saat itulah, dua korban WNA tenggelam, lalu disusul 3 orang WNI yang hendak menolong,” pungkasnya.
Pihak FK UB menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan musibah yang tidak bisa dihindarkan.
“Ini juga musibah, tidak bisa dihindarkan, kami mohon doa dari segala pihak agar evakuasi dan pencarian ini bisa dilakukan dan ditemukan semua korban, tinggal dua mahasiswa dan tiga guide dari agen tersebut, semoga ditemukan dalam kondisi sehat dan selamat,” katanya.
Untuk identitas mahasiswa asing yang masih belum ditemukan yakni Jana Olivia Soland (24) asal Swiss dan Ana Brieva Ramirez (23) asal Spanyol.
Pihak FK UB terus melakukan koordinasi dengan kedutaan terkait. “Dari International Office UB sudah menelepon masing-masing kedutaan dari warga negara tersebut, kami juga segera mengirimkan Official Letter ke masing-masing kedutaan,” katanya. “Sebagian masih di sana, sebagian sedang dievakuasi untuk kembali, kami berkoordinasi memulangkan mahasiswa yang lain,” katanya.
Pihak FK UB juga sudah berupaya menurunkan Tim Emergency Disaster ke sekitar lokasi kejadian. Hingga saat ini, proses pencarian masih terkendala cuaca yang kurang baik dan ombak sedang tinggi. “Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan sudah langsung turun di lokasi, informasi terakhir cuaca kurang baik dan ombak sedang tinggi agak kesulitan untuk dilakukan pencarian di air,” katanya.
Kesaksian korban selamat
Salah satu korban, M Ruspandi (24) alias Pendik, ditemukan dalam kondisi selamat, Sabtu (8/7/2023) sekitar pukul 17.30 WIB. Pendik, mahasiswa Universitas Brawijaya asal Desa Kolagen, Kecanatan Tajinan, Kabupaten Malang itu terombang-ambing menggunakan jaket pelampung dengan jarak 0,586 kilometer atau 0,5 mil dari titik tempat kejadian perkara. Ruspandi menceritakan tubuhnya sempat mengapung selama 9 jam di laut lepas.
Pendik menjelaskan, mulanya dirinya berniat hendak menolong mahasiswa asing UB yang tenggelam terbawa ombak saat surfing. Kedua mahasiswa asing tersebut ialah Jana Olivia asal negara Swiss dan Brieva Ramirez asal Spanyol.
Pendik nekat menceburkan diri ke laut di tengah gelombang ombak saat air laut pasang. “Sebelum saya, teman saya, Bayu sudah mencebur ke laut untuk menolong dua korban WNA itu. Namun ia juga tidak kembali akibat tergulung ombak,” ungkapnya saat ditemui, Sabtu (8/7/2023) malam.
Pendik menjelaskan, tubuhnya juga tergulung ombak sampai ke tengah laut. Di tengah terjangan itu, ia masih berusaha mencari kedua korban WNA itu, sekaligus temannya yang lebih dulu tenggelam. “Di tengah saya sempat bertemu Bayu dalam keadaan hidup. Saya meminta ia berusaha kembali ke pinggir, biar saya yang akan mencari kedua WNA itu, karena saya membawa pelampung. Sedangkan Bayu tidak,” tuturnya.
“Saya juga bilang kepada Bayu, akan mengevakuasi kedua korban WNA itu ke tengah laut. Sebab semakin ke tengah pastinya arus semakin kecil,” imbuhnya. Namun, semakin ke tengah ia kembali bertemu dengan Bayu dalam kondisi sudah mengeluarkan busa dari mulutnya.
“Saya sempat meraih tubuh Bayu. Namun ia sudah sekarat. Saya coba memencet lehernya tapi ia justru mengorok dan mengeluarkan busa dari mulutnya,” katanya. Saat itulah, dengan kondisi ombak yang begitu besar, tubuh Bayu terlepas dari tangannya.
Setelah itu Pendik terombang-ambing hingga siang hari. Mulai diterjang arus ke timur, lalu kembali dihantam arus dari timur ke barat. “Ketika diterjang ke barat ini, saya melihat tubuh mengenakan baju hitam. Saya sempat mengangkat kakinya. Saya tidak tahu ia siapa. Yang pasti ia perempuan dan sudah meninggal,” ujarnya.
“Apabila saya membawa beban tubuh pastinya tidak memungkinkan, di tengah arus yang keras seperti itu,” katanya. Ia terus berjuang tetap bisa bertahan di tengah laut. Beberapa kali ia melihat nelayan yang sedang memancing, lalu berteriak minta tolong. Namun, suaranya tidak terdengar.
“Berselang beberapa waktu saya menemukan tumpukan sampah mengapung. Di tengah sampah itu terdapat kayu besar. Akhirnya saya ambil dan terus saya pegang untuk membantu saya mengapung,” kata Pendik.
Pendik terus berusaha terapung di tengah laut hingga potensi SAR Pantai Selatan Rescue sekitar pukul 17.30 WIB. Artinya ia telah mengapung sekitar 9 jam lebih sejak kejadian. “Saya bukan pemandu wisata. Tapi saya panitia acara dalam kegiatan wisata mahasiswa Universitas Brawijaya ini,” jelasnya.
Kini, personel gabungan masih siaga untuk mencari empat korban lain. Personel gabungan Kepolisian, TNI, SAR, relawan, dan warga sekitar 90 orang. “Kendala pencarian adalah cuaca hujan dan ombak tinggi,” imbuhnya.
Sumber : https://surabaya.tribunnews.com/2023/07/09/kronologi-mahasiswa-fk-ub-terseret-ombak-di-malang-1-korban-selamat-terombang-ambing-9-jam-di-laut?page=2
Hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang selama tujuh hari berturut-turut, mengakibatkan meluapnya sungai Desa Sitiarjo sehingga menyebabkan beberapa lokasi terdampak banjir. Intensitas hujan yang tidak mementu ditambah dengan angin kencang mengakibatkan debit air di sungai meningkat secara drastis, puncaknya semakin dirasakan masyarakat pada hari Jumat lalu (07/07), dengan ketinggian air mencapai dada orang dewasa. Namun pada Sabtu (8/7), banjir yang terjadi pada empat dusun tersebut terpantau mulai berangsur-angsur surut, sehingga dapur umum di GKJW Gunung Tumo sejak sore resmi ditutup dan warga sekitar dusun sudah bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Sedangkan kondisi sumur dua RT di Desa Sitiarjo yaitu RT 26 dan RT 29 mulai dikuras dan dikondisikan agar dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Banjir tersebut sempat menyebabkan terjadinya longsor di dusun Kedungbanteng bawah. Menurut pantauan dar Tim Emergensi dan Tanggap Bencana Universitas Brawijaya (TED UB) rekap data jiwa terdampak saat ini berjumlah 767 KK, 2046 jiwa, terdiri dari 1003 laki-laki, 1043 perempuan, 247 lansia, 11 bayi dan balita, 5 ibu hamil, dan 2 penyandang disabilitas.
Penanganan musibah banjir saat ini berupa respon cepat untuk melakukan evakuasi tanggap bencana dengan mengarahkan tim dari beberapa relawan seperti PMI Kota Malang, PMI Kabupaten Malang, BPBD, BNPB, Yatim Mandiri, Tim SAR dan TED UB. Kemudian tim kesehatan EMT Type 1 Mobile dengan bantuan puskesmas diarahkan untuk membantu para warga setempat di pengungsian bencana dengan membagikan obat-obatan yang memadai secara gratis. Selain itu TED UB juga melakukan monitoring terhadap warga terdampak dengan penyakit yang sering ditemui, diantaranya meliputi hipertensi, jamur kulit, ISPA, common cold, dermatitis, myalgia, hingga kutu air.
Hingga beberapa waktu mendatang bantuan yang sangat dibutuhkan adalah persediaan dan cadangan air bersih. Rencananya akan terdapat bantuan dua kendaraan truk tanki air yang diterjunkan dari PMI, hal ini dikarenakan kondisi sumur di dusun masih dalam keadaan keruh sehingga pendistribusian air bersih harus segera dilakukan. Sedangkan jalan menuju lokasi masih dirasa aman karena telah dapat diakses melalui jalur darat dengan kendaraan seperti motor, mobil, dan truk. Sanitasi dan ketersediaan listrik di wilayah terdampak juga sudah dirasa memadai, namun untuk menghindari situasi berbahaya seperti gangguan korsleting, maka aliran listrik di beberapa dusun masih dipadamkan untuk sementara waktu.
Tidak hanya warga Sitiarjo yang di evakuasi, bahkan anggota Mahasiswa Membangun Desa (MMD) kelompok 20 dari Universitas Brawijaya pun harus segera beranjak dari lokasi tersebut. Dibantu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang dan warga setempat, proses evakuasi telah dilaksanakan dengan memprioritaskan lansia, anak-anak dan warga yang terjebak di dalam rumah.
Meski harus segera di evakuasi, kelompok mahasiswa UB ini juga ikut berperan mengakomodasi masyarakat di dapur umum. Menurut Dimas Indra Kurniawan selaku Koordinator Desa kelompok 20 Sitiarjo, anggotanya diperbantukan di lokasi bencana banjir. ”Kami mendapat bagian untuk menyiapkan bahan makanan, seperti memecah telur, memotong sayuran, menyiapkan mie dan air. Semua anggota tim ikut terlibat dalam membantu persiapan dan pelayanan, sedangkan untuk proses memasak telah ditangani oleh BPBD sendiri. Jumlah makanan yang dipersiapkan cukup banyak, kami membantu mengemas 410 bungkus makanan untuk dibagikan kepada warga desa terdampak banjir. Tentunya dengan pengabdian seperti ini memberikan sebuah pengalaman berharga bagi kami semua,” pungkasnya. (VQ)
Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/kontribusi-mahasiswa-mmd-saat-banjir-di-sitiarjo/
Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) membantu warga terdampak banjir di desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjingwetan Kabupaten Malang.
Kordes Tambakrejo Hanif Darmawan mengatakan untuk membantu warga terdampak dia bersama anggota lainnya membantu warga di dapur umum dan mendistribusikan di wilayah terdampak.
“Teman-teman yang perempuan di pagi hari memasak di dapur umum dan mendistribusikan ke warga. kemudian dilanjutkan membereskan bekas longsor dikarenakan longsoran tanah menutupi akses jalan. Kami juga melakukan pendataan terhadap warga terdampak banjir longsor,”kata Hanif.
Hanif menambahkan, dalam membantu warga ada beberapa kendala yang ditemui yaitu distribusi makanan yang terhambat, listrik mati sehingga membuat kondisi desa gelap dan sinyal mati.
“Karena tidak ada jaringan telepon, maka komunikasi antar anggota dan panitia MMD menjadi terhambat. Selain itu, persediaan air bersih juga menjadi berkurang,”kata Hanif.
Hanif menambahkan bahwa untuk keselamatan, peserta MMD menunggu dirumah dan mengikuti arahan warga ketika kerja bakti. (OKY/Humas UB).
Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/mahasiswa-mmd-bantu-warga-desa-terdampak-banjir-longsor/
Mahasiswa Membangun Desa Universitas Brawijaya (MMD UB) terdampak banjir yang terjadi di daerah Malang Selatan. Ada tiga titik lokasi MMD yang kebanjiran yakni Sitiarjo, Pujiharjo dan Pronojiwo (Kabupaten Lumajang).
“Mahasiswa aman di tiga titik tersebut. Komunikasi bisa dilakukan walau di Pujiharjo sempat mati lampu,” ujar koordinator bidang Kesehatan Tim Kebencanaan UB dr. Aurick Yudha Nagara, Sp.EM, KPEC menerangkan di sela perjalanan menuju Sitiarjo, Jumat (7/7/2023) petang.
Disampaikan Aurick mahasiswa di Sitiarjo dan Pronojiwo sempat berpindah ke tempat yang lebih tinggi. Sedangkan kondisi di Pujiharjo, mahasiswa sudah kembali ke rumah penginapan dan membantu masyarakat sekitar yang terkena dampak banjir.
Aurick menyampaikan tim yang berangkat terdiri dari dua mobil penumpang yang membawa satu dokter, mahasiswa profesi keperawatan, empat mahasiswa kedokteran dan sopir.
Tim membawa dua mobil logistik yang berisi obat-obatan, matras tidur, selimut serta 1 mobil ambulans dan motor trail. Selain itu dibawa pula perlengkapan untuk tim yang diperkirakan berada di lokasi selama dua malam.
“Kami membawa obat-obatan yang diperkirakan cukup untuk 300 pasien,” ungkapnya.
Bersama tim kesehatan, UB juga meminta Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Sitiarjo Ahmad Zaki Mubarok, S.T.P., M.Si., Ph.D untuk berangkat ke daerah MMD mahasiswa bimbingannya.
Ahmad disampaikan Aurick akan menyusul tim kesehatan untuk memantau kondisi mahasiswa.
“Dari Kemahasiswaan meminta DPL berangkat untuk menenangkan mahasiswa selain itu juga menenangkan orang tua yang menanyakan kabar anaknya,” tuturnya.
Dari lokasi posko, Ahmad Zaki Mubarok, S.T.P., M.Si., Ph.D menyampaikan semua mahasiswa dalam keadaan baik.
“Listrik menyala, akses jalan sudah bisa dilewati, mahasiswa sementara dievakuasi ke tempat terdekat,” terang Ahmad Zaki.
Sedangkan mahasiswa Koordinator Desa Sitiarjo, Dimas Indra Kurniawan, dihubungi Prasetya Online mengatakan, malam ini (Jumat, 7/7/2023), mereka sudah kembali ke posko MMD.
“Alhamdulillah aman,” ujar mahasiswa Fakultas Pertanian ini menjawab melalui pesan singkat.
Oleh karenanya merespon kekhawatiran orang tua ini, UB membuka Crisis Center 24 jam agar orang tua bisa mengetahui kondisi anaknya yang sedang mengikuti MMD. [sitirahma/Irene/HumasUB]
Sumber : https://prasetya.ub.ac.id/malang-selatan-dilanda-banjir-mahasiswa-mmd-ub-dipastikan-aman/